Bukan sukses tidaknya seseorang di dunia ini yang di
pandangNya, melainkan ketaqwaannya. Ya itulah kesuksesan yang hakiki dimana
dengan ketaqwaannya akan membawa pada kesuksesan di akhirat kelak.
Sesaat kita belajar tentang embun. Embun di pagi hari
ada karena proses penyubliman, setelah matahari meninggi kembali embun itu akan
menguap bak air biasa tanpa meninggalkan jejak-jejak yang berarti. Seperti
itulah kehidupan kita di dunia saat ini. Dimana kita beberapa tahun yang lalu
berada dalam kandungan seorang yang tanpa pamrih bernama ibu, lalu beliau
lahirkan dan mengasuhnya dalam susah payah, besar dan berkembang hingga dewasa,
mulai menua dan akhirnya mati tertimbun tanah berukuran dua kali satu meter.
Begitulah kehidupan ini, fana lagi sementara. Bak
kembang yang mulai kuncup, kemudian merekah sehingga timbul wewangian yang
khas. Namun setelah harum semerbak menyebar maka akan layu dan jatuh gugur
sehingga tersapu angin dan berlalu. Kehidupan dunia memang seperti itu,yang
kekal hanyalah di akhirat kelak.
Segala kesenangan yang kita reguk dan kecap adalah
sementara, pun juga kesusahan yang kita terkadang rasakan juga hanya sejenak.
Oleh karena itu apakah kita akan begitu tamak memburu harta dan jabatan yang
sementara itu hingga nantinya akan dikatakan sukses? Apakah kita akan terlalu
bakhil terhadap harta kita? Apakah kita juga akan diam saja tatkala seseorang
di sekeliling kita berada dalam kekurangan?. Marilah kita renungkan itulah
beberapa sifat yang ada disekitar kita sekarang ini dan semoga kita tidak
seperti itu, Amin.
Namun terkadang ada juga yang tidak sabar akan
kesusahan yang mendera kehidupan ini sehingga mereka memasuki jalan yang salah
untuk berniat mengakhiri kesusahan itu, sungguh bukannya akan hilang tetapi
malahan sejatinya akan bertambah. Hati juga terkadang gundah, merasa sempit,
dan terlalu rapuh dalam menghadapi kesempitan hidup ini.
Apakah yang demikian itu akan menjadi jalan kita
setelah kita mengikrarkan diri beriman dan hanya bersandar hanya padaNya?.
Mungkin dari kita atau sekeliling kita banyak yang terlalu over dengan rasa
tamak dan berbangga dirinya akan keberhsilan dn kesuksesan yang diraihnya sehingga
bakhil jadi jalannya, atau terkadang cepat putus asa dalam menghadapi masalah
yang bertubi-tubi lagi kesempitan ekonomi yang membelit.
Kesuksesan dan kesusahan sejatinya telah Allah adakan
sebelum kita berada dalam dunia miliknya ini. Namun kita sebagai seseorang yang
telah menambatkan hati kita hanya kepadaNya, maka janganlah kita terlalu
gembira apabila kita sudah terlanjur mendapat kesuksesan atau sebaliknya jangan
terlalu berduka cita, putus asa hingga hatinya menjadi sempit tatkala kesusahan
melanda kehidupan ini. Sungguh Allah akan sangat mudah merubah yang sukses denjadi
bangkrut dan sebaliknya yang sempit menjadi longgar kembali.
"Tiada suatu
bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari
kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri". (Q.S. Al Hadid : 22-23).
Begitulah Allah menyiratkan firmanNya, agar kita dapat
men-tadabbur-inya sehingga mengerti bagaimana kita seharusnya melangkah dalam
menghadapi sulitnya kehidupan ini atau sebaliknya. Kita tidak diperbolehkannya
terlalu gembira akan pemberian yang Allah sampaikan, apa itu kesuksesan,
kekayaan atau kedudukan. Terlalu gembira disini dalah kita dilarang untuk gembira
yang melampaui batas yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan dan lupa kepada
Allah.
Untuk
mengatasi hal yang berlebihan dimana yang dilarang oleh Allah, maka satu sikap
yang menjadi solusi itu semua adalah seimbang. Sikap seimbang atau tawazun akan
terasa nikmat lagi lezat kita kecap manakala jiwa kita melepas rasa belenggu
kebingungan dan kesusahan dengan upaya kita meminta bantuan kepada Allah Yang
Maha Bijaksana lagi Maha Mengkayakan. Disamping itu kita belajar untuk
mengekang segala kemungkinan kita untuk takabur dan sombong atas apa yang kita
dapatkan.
Berkenaan
dengan hal itu kita seharusnya sadar akan usaha apa yang kita lakukan serta
kita menapaki jejak-jejak amal usaha yang dapat menjadi ikhtiar kita dibukakan
pintu untuk keluar belenggu dari kesusahan lagi kebingungan hidup sekarang ini.
Setelah itu, kita ridha dengan hasil apa yang kita usahakan tersebut serta
pasrah pada ketentuan Allah Azza Wa Jalla Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik
atas hambaNya. Dan hasil itulah yang terbaik buat kita walaupun terkadang bukan
seperti apa yang kita harapkan, namun sungguh Allah lebih mengetahuiNya.
Namun
bagaimana kita belajar untuk dapat seimbang dalam menghadapi kondisi yang
seakan tidak bersahabat ini? Sebagai seorang muslim yang telah menyandarkan
hati dan seluruh raga ini hanya kepadaNya maka marilah kita pelajari kembali
dan kita contoh kisah ketawazunan para rasul dan orang-orang shalih terdahulu.
Sehingga kita mampu memiliki cara pandang seperti yang mereka contohkah untuk
hidup berada di jalan yang lurus yang tentunya tetap mengacu pada dua pusaka
umat islam Al Qur'an dan As Sunnah. Begitulah seharusnya kita menapaki
jejak-jejak dalam dunia yang fana ini.
Setelah
kita mengetahui itu semua, maka kita senantiasa menginginkan kesuksesan dan
mampu menjadikan sukses kita itu untuk tidak sebagai alat untuk takabur dan
sombong dihadapan orang lain. Pun juga kita berharap apabila tertimpa musibah
kekurangan atau cobaan, kita terhindar dari rasa putus asa dan gundah serta
sempit hati dalam mengahadapi. Kita hanya mampu memohon kepada Allah agar hati
ini mampu melakukan itu.
Kesuksesan,
hal ini yang mesti diidamkan oleh semua orang. Namun sukses yang seperti apa
yang kita akan harapkan? Apkah kesuksesan itu yang hanya berada di dunia tanpa
niatan yang baik untuk berbagi, ataukah kesuksesan yang menjadikan kita dibenci
orang lain lantaran cara yang kita lakukan untuk mendapatkannya jauh dari
kearifan. Ya itulah kesuksesan yang fana lagi tentunya merugikan kita.
Sejatinya
para rasul dan orang-orang shalih terdahulu telah mengajarkan kita akan hakikat
sukses itu. Bukankah sukses yang mereka bangun berorientasikan pada akhirat
namun tidak mengesampingkan dunia. Kesuksesan mereka dibangun atas dasar proses
yang baik lagi tujuan yang mulia. Kesuksesan atas niatan mereka yang mulia
untuk mengharap ridhaNya. Yaitu kesuksesan hakiki dimana kesuksesan yang mereka
rengkuh itu bertujuan untuk kebaikan diri mereka lagi umat manusia di
sekitarnya, sehingga kesuksesan itu kebaikan dan keberkahan bagi mereka lagi
mendapat keridhaanNya. Itulah kesuksesan yang sebenar-benarnya bukan hanya
kesuksesan fatamorgana semata, yang hanya nampak di mata namun hati dan
sekeliling mereka tidak meresakannya.
Oleh
karena itu janganlah kita diperdaya akan adanya kesuksesan dunia yang fana ini.
Kesuksesan yang nantinya akan memperdaya kita sehingga sifat-sifat buruk
menimpa kita dan fitnah duniapun merubung kita. Naudzu billah. Dan semoga kita
termasuk orang-orang yang beruntung seperti apa yang dijanjikan oleh Allah,
maka marilah kita jadikan kesuksesan hakiki menjadi orientasi kita, yaitu
kesuksesan untuk merengkuh indahnya akhirat.
"…………Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan".
(Q.S. Ali Imran : 185)
Kegagalan
dn kesusahan, mestinya manusia menginginkan kedua hal tersebut tidak melanda
diri mereka. Namun bukankah para nabi dan juga sahabat pernah merasakan kedua
hal tersebut itu. Apa yang mereka lakukan?, sejatinya mereka tetap berpegang
teguh pada tali Allah dan menjadikan Al Qur'an sebagai panduannya. Mereka
mencari sebab-sebab kegagalan dan kesusahan itu dengan bermujanat kepada Allah,
Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Pemberi Rahmat, agar jalan yang nantinya
akan ditempuh menjadi lebih mudah. Berbeda halnya dengan kebanyakan dari umat
manusia sekarang ini, sedikit saja diberi kesusahan dan sekali saja diberi
kegagalan sudah merasa gundah, sempit hatinya lagi putus asa.
Oleh
karena itu janganlah kegagalan dan kesusahan itu menjadikan kita lemah ruhiah,
sehingga hati menjadi kering lagi putus asa dalam menghadapinya. Harusnya kita
yakin betul bahwa kegagalan dan kesusahan itu tidak akan mengakibatkan
kemunduran diri kita dari hal-hal yang bersifat ukhrawi. Karena sejatinya
kegagalan dan kesusahan itu bukanlah kegagalan dan kesusahan yang hakiki. Dan
seharusnya kita jadikan Al Qur'an sebagai penawarnya sehingga kita mendapatkan
rahmat dari Allah Azza Wa Jalla sekalipun kita dalam keadaan susah dan
janganlah berputus asa dalam menghadapinya.
"Dan Kami turunkan
dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian. Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya
berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia
ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa". (Q.S.
Al Isra' : 82-83).
Sungguh
marilah kita senantiasa bertaqwa hanya kapada Allah semata serta memperhatikan
apa yang kita lakukan hanya mengorientasikan untuk hari esok (baca :akhirat).
Karena apa yang tersedia dalam dunia ini terlampau sedikit bila dibandingkan
bila diakhirat. Dan apa yang ada di dunia ini juga terlampau sedikita dari apa
yang manusia cita-citakan. Oleh karena itu marilah kita jadikan apa yang kita
lakukan di dunia semata-mata untuk mencari ridhaNya. Dan semoga kita terhindar
dari kesuksesan dan kesusahan yang bersifat kekinian lagi fana. Dan fatamorgana
ini jangan kita arahkan untuk menatap masa depan sehingga kita nantinya hanya
terkungkung dalam dunia yang sementara ini.
Sekali lagi kita kuatkan untuk mencari kesuksesan yang
hakiki, bukan fatamorgana kesuksesan. Serta terhindar dri kesusahan dan
kegagalan yang mengakibatkan hidup kita kerdil dihadapanNya akibat
ketidakpuasan dan keputusasaan kita. Dan akhirnya marilah kita hanya bertaqwa
dan menyandarkan hati dan hidup kita hanya kepada Allah dengan berpegang teguh
dalam Al Qur'n dan Sunnah Rasulullah SAW sehingga rahmatNya hadir dalam setiap
kehidupan kita, Amin.
Bukankah Allah berfirman "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Q.S. Al
Hasyir : 18).
Fatamorgana kesuksesan terkadang
menghampiri setiap manusia di alam raya ini. Mampukah kita menghindari itu
semua untuk berpaling pada kesuksesan yang hakiki. Sedangkan kesusahan lebih
sering lagi hinggap di hidup ini, dan kita berdoa semoga kesusahan itu tidak
menjadikan kita kerdil dan berpaling pada jalan yang lurus itu.
Nokman Riyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar