STEM adalah akronim dari science, technology, engineering, dan
mathematics. Kata STEM diluncurkan oleh National Science Foundation AS
pada tahun 1990-an sebagai sebagai tema gerakan reformasi pendidikan dalam
keempat bidang disiplin tersebut untuk menumbuhkan angkatan kerja
bidang-bidang STEM, serta mengembangkan warga negara yang melek STEM, serta
meningkatkan daya saing global AS dalam inovasi iptek (Hanover Research, 2011).
Gerakan reformasi pendidikan STEM ini didorong oleh laporan-laporan studi yang
menunjukkan terjadi kekurangan kandidat untuk mengisi lapangan kerja dalam
bidang-bidang STEM, tingkat iliterasi yang signifikan dalam masyarakat tentang
isu-isu terkait STEM, serta posisi capaian siswa sekolah menengah AS dalam
TIMSS dan PISA (Roberts, 2012). Dewasa ini komitmen AS terhadap gerakan
pendidikan STEM diwujudkan dalam bentuk dukungan anggaran dari pemerintah, dukungan
kepakaran dari banyak perguruan tinggi, serta dukungan teknis dari dunia
industri, bagi pengembangan dan implementasi pendidikan STEM.
Sejauh ini gerakan pendidikan STEM telah bergema di berbagai negara, baik
negara maju maupun negara berkembang, yang memandang pendidikan STEM sebagai
jalan keluar bagi masalah kualitas SDM dan daya saing masing-masing negara.
Oleh sebab itu R & D dalam pendidikan STEM menjadi tema yang semakin
mendominasi wacana dalam konferensi dan publikasi ilmiah internasional dalam
bidang pendidikan. Kesadaran akan pentingnya pendidikan STEM telah mulai muncul
di kalangan pakar pendidikan di Indonesia, sehingga banyak kelompok studi di
perguruan tinggi melakukan penelitian dan pengembangan pendidikan STEM. Tesis dan
disertasi dalam bingkai pendidikan STEM pun kini telah mulai bermunculan.
Paparan selanjutnya dalam makalah ini mengetengahkan konsep dan pengembangan
pembelajaran dengan framework pendidikan STEM, serta peluang
penelitian dan pengembangan dalam tema pendidikan STEM dalam konteks Indonesia.
Konsep Pendidikan
STEM
Sebagai komponen dari STEM, sains adalah kajian tentang fenomena alam yang
melibatkan observasi dan pengukuran, sebagai wahana untuk menjelaskan secara
obyektif alam yang selalu berubah. Terdapat beberapa domain utama dari sains
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yakni fisika, biologi, kimia, serta
ilmu pengetahuan kebumian dan antariksa. Teknologi adalah tentang
inovasi-inovasi manusia yang digunakan untuk memodifikasi alam agar memenuhi
kebutuhan dan keinginan manusia, sehingga membuat kehidupan lebih baik dan
lebih aman. Teknologi-teknologi membuat manusia dapat melakukan perjalanan
secara cepat, berkomunikasi langsung dengan orang di tempat yang berjauhan,
mendapati makanan yang sehat, serta alat-alat keselamatan. Enjiniring (engineering)
adalah pengetahuan dan keterampilan untuk memperoleh dan mengaplikasikan
pengetahuan ilmiah, ekonomi, sosial, serta praktis untuk mendesain dan
mengkonstruksi mesin, peralatan, sistem, material, dan proses yang bermanfaat
bagi manusia secara ekonomis dan ramah lingkungan. Selanjutnya, matematika
adalah ilmu tentang pola-pola dan hubungan-hubungan, dan menyediakan bahasa
bagi teknologi, sains, dan enjiniring.
Pendidikan STEM tidak bermakna hanya penguatan praksis pendidikan dalam
bidang-bidang STEM secara terpisah, melainkan mengembangkan pendekatan
pendidikan yang mengintegrasikan sains, teknonogi, enjiniring, dan matematika,
dengan memfokuskan proses pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam
kehidupan sehari-hari maupun kehidupan profesi (National STEM Education Center,
2014). Dalam konteks pendidikan dasar dan menengah, Pendidikan STEM bertujuan
mengembangkan peserta didik yang melek STEM (Bybee, 2013:5), yang mempunyai:
- Pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk
mengidentifikasi pertanyaan dan masalah dalam situasi kehidupannya,
menjelaskan fenomena alam, mendesain, serta menarik kesimpulan berdasar
bukti mengenai isu-isu terkait STEM;
- Memahami karakteristik fitur-fitur disiplin
STEM sebagai bentuk-bentuk pengetahuan, penyelidikan, serta desain yang
digagas manusia;
- Kesadaran bagaimana disiplin-disiplin STEM
membentuk lingkungan material, intelektual dan kultural,
- Mau terlibat dalam kajian isu-isu terkait STEM (misalnya efisiensi
energi, kualitas lingkungan, keterbatasan sumberdaya alam) sebagai warga
negara yang konstruktif, peduli, serta reflektif dengan menggunakan
gagasan-gagasan sains, teknologi, enjiniring dan matematika.
Pendidikan STEM memberikan peluang kepada guru untuk
memperlihatkan kepada peserta didik betapa konsep, prinsip, dan teknik dari
sains, teknologi, enjiniring, dan matematika digunakan secara terintegrasi
dalam pengembangan produk, proses, dan sistem yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Oleh karenanya, Reeve (2013) mengadopsi definisi pendidikan STEM
sebagai pendekatan interdisiplin pada pembelajaran, yang di dalamnya peserta
didik menggunakan sains, teknologi, enjiniring, dan matematika dalam konteks
nyata yang mengkoneksikan antara sekolah, dunia kerja, dan dunia global,
sehingga mengembangkan literasi STEM yang memampukan peserta didik
bersaing dalam era ekonomi baru yang berbasis pengetahuan.
sumber : makalah Dr. Harry Firman, M.Pd (Universitas Pendidikan Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar