Perkembangan dunia saat ini semakin bertambah pesat dan
penuh dengan tantangan. Banyak negara di dunia ini giat berpacu untuk
meningkatkan kemampuannya dalam segala bidang. Namun kunci dari kemajuan suatu
bangsa dapat dikatakan apabila bangsa tersebut dapat menunjukkan kemampuan
dalam bidang sains dan teknologi. Karena penerapan sains dan teknologi semakin
merubah bangsa tersebut ke arah yang lebih revolusioner.
Berbicara masalah sains dan teknologi tidak bisa lepas
dari penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan IPA itu sendiri sangat
berperan penting dalam menyiapkan peserta didik dalam melanjutkan ke jenjang
berikutnya maupun yang akan langsung memasuki ke dunia kerja. IPA hakikatnya
merupakan hasil dari suatu proses dan produk dari suatu metode ilmiah yang
sejauh ini masih dipergunakan. Banyak hasil dari IPA itu sendiri seperti fakta,
konsep, prinsip,teori dan hukum. Sedangkan proses sains meliputi cara-cara
memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja,
cara berfikir, cara memecahkan masalah dan cara bersikap. Oleh karena itu IPA
dirumuskan secara sistematis, terutama didasarkan atas pengamatan eksperimen
dan induksi.
Pendidikan IPA menurut Mudzakir memiliki potensi yang
besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini
akan dapat terwujud jika pendidikan IPA mampu melahirkan peserta didik yang
cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis,
berpikir kreatif, kemampuan memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai
teknologi serta adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman.
Agar peserta didik
mampu menumbuhkan kemampuan-kemampuan diatas perlu kiranya guru menekankan
agar peserta didiknya belajar IPA disertai dengan penguatan literasi autentik.
Literasi autentik itu sendiri digambarkan sebagai sistem pengajaran yang
mengajak peserta didik dalam satu kelas dikenalkan dengan mulainya pelajaran
dengan membaca berbagai macam buku, artikel, esai maupun jurnal kemudian
menuliskan berbagai macam isu, permasalahan maupun fakta yang ada dalam bahan
bacaan mereka. Kemudian guru mengajukan pertanyaan yang telah dipersiapkan,
kemudian para peserta didiknya menulis jawabannya dan berbicara
(mempresentasikan) di depan kelas.
Pembelajaran tersebut membahas mengenai hal-hal yang
mereka baca secara seksama dan terarah setiap harinya, kemudian mereka dilatih
untuk berbicara (mempresentasikan) hasil temuan yang ada baik itu fakta, isu
kontemporer maupun permasalahan yang ada
dan bagaimana mencari solusi atas permasalahan tersebut. Hal tersebut yang
nantinya di galakkan pemerintah dalam penguatan kurikulum 2013.
Kegiatan literasi autentik pada pembelajaran IPA
apabila dilandasi dengan pikiran yang terlatih dan mumpuni serta dilakukan
secara berulang-ulang maka akan membawa dampak pada kemampuan peserta didik
dalam kecakapan membaca, menulis dan berbicara mengenai fakta, teori. Hukum,
konsep, permasalahan dan solusi yang berkaitan dengan ilmu IPA itu sendiri. Dan
pada akhirnya akan membentuk peserta didik yang berkompeten dalam bidan IPA
pada khususnya dan bidang lain pada umumnya.
Selain pengaruh di atas, ada beberapa keunggulan lain
dari literasi autentik tersebut diantaranya membawa pembelajaran IPA lebih
menyenangkan daripada pembelajaran konvensional, mampu menjadi jalan keluar
dari rasa bosan maupun rendahnya intelektualitas yang dirasakan peserta didik,
melatih peserta didik untuk terampil, akurat dan efektif dalam menggunakan kata-kata
serta merartikulasikan gagasan dengan jelas dan terukur serta kedepannya mampu
menambah wawasan sebagai bekal mereka memnuhi tuntunan intelektual dan peluang
di jenjang berikutnya, perguruan tinggi, maupun pada tingkat kehidupan yang
lebih profesional.
Pada akhirnya marilah setiap guru khususnya guru IPA
untuk mencoba menambah kemampuan literasi autentik kita sebagai seorang guru
sehingga nantinya mampu membawa peserta didik bertambah juga kemampuan literasi
autentiknya. Marilah kita terus membaca,
membaca ulang, menulis dan berbicara secara intens.
*)
Nokman Riyanto, S.Pd.Si
Guru IPA SMP Negeri 2 Bojongsari,
Purbalingga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar